Halaman Depan

Friday, November 21, 2014

Merbabu - Memori senja (Part 2 dari 2)

Lanjutan dari Merbabu - Gagal ke Puncak (Part 1 dari 2)

Dengan berbagai pertimbangan di antaranya: sisa bekal, sisa waktu, dan kaki yang cukup pegel, akhirnya jam 12 an rombongan memutuskan untuk langsung turun tanpa ke puncak dulu. Bahkan Hafid dan Diita yang baru pertama kali naik gunung pun lebih memilih untuk langsung balik ke tenda. Setidaknya, dengan langsung turun kami berharap dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari beberapa pertimbangan di atas. Karena bagaimanapun, tujuan naik gunung bukan lah sekedar sampai ke puncak, melainkan kembali dengan selamat. 


Turun ke pos 2, kami mengambil jalur yang agak berbeda dari sebelumnya. Kurang lebih jalur ini didominasi padang ilalang pada awalnya dan sesekali nampak bebatuan yang sepertinya mengandung belerang. Sempat ketemu mata air juga, sayangnya kandungan belerangnya cukup tinggi sehingga gak jadi diambil. Turun menuju camping ground, mungkin sebagian bisa dilihat lewat video berikut:


Barangkali jika ternyata Anda melihat ada tindakan tak terpuji, berbahaya, atau semacamnya dalam video tersebut, mohon jangan ditiru. 


Awalnya saya kira jalur turun yang kami ambil ini  beberapa kali lebih cepat dibanding jalur naik yang kami ambil, ternyata setelah dilewati gak beda jauh juga (efek lelah mungkin). Setidaknya medan nya agak lebih enak dan jelas lebih sepi jika dibanding jalur pas naik. Kalo di peta, mungkin seperti ini:



Kurang lebih yang warna ungu, tapi gak tau juga dink. Gak sadar ada gunung kukusan 

Sunday, November 16, 2014

Merbabu - Gagal ke Puncak (part 1 dari 2)


Perasaan bersalah dan berdosa menaungi saat tulisan ini ditulis dan diselesaikan justru saat Tugas Akhir baru masa kritis-kritisnya. Terkadang saya memang terlalu ‘halus’ pada diri saya sendiri. Ini mungkin bukan tulisan tentang merbabu jalur wekas, tapi lebih ke pengalaman kami saat melaluinya.

Mumpung masih belum lulus kuliah, banyakin naik gunung. Hanya sekedar pemikiran subyektif sih. Habisnya setelah lulus, mungkin bakal disibukkan dengan pekerjaan dan gak sempet muncak. Sempet pun waktunya mungkin gak banyak. Dan juga dari naik gunung banyak pelajaran dan kenangan yang didapat. Seperti yang kami lakukan Syawal kemarin, ke Merbabu. Lagi.

Sebagai pendaki abal-abal, saya memang cenderung lebih suka mencapai puncak yang belum saya capai sebelumnya. Tapi berhubung temen-temen kampus nya Uud yang pengen ikut banyak minta ke Merbabu karena katanya view nya yang termasuk wah, ya udah. Gunung yang belum pernah saya coba (Sumbing, Slamet, Semeru, Rinjani, dll) juga sepertinya tidak memungkinkan karena waktu, kondisi, maupun letaknya. Boleh lah Merbabu lagi, asal lewat jalur yang belum pernah saya lewati: Wekas.

Dalam pendakian kali ini, rombongan kami lumayan banyak juga. 14 orang. Dari pihak keluarga (kami menyebutnya Badala, singkatan dari 'Bani Mahdali Adventure' yang 'dibentuk' di persiapan pendakian kali ini) ada saya, Uud, Hafid, mas Luqman, mas Yusuf, mas Fajar, dan mas Rian. Dari temen-temen SMK nya Uud, ada Yahya alias si John, Aidult, Sena, Akmal, Irfan, dan Fa'at. Dan dari temen kampus nya Uud cuma ada Diita, satu-satunya cewek dalam rombongan (Sebenernya ada 2 lagi yang pengen ikut tapi gak dapet restu orang tua nya). Dari 14 orang dalam rombongan, lagi-lagi saya yang paling pendek, bahkan dibanding dengan Hafid yang masih kelas 2 SMP sekalipun.



Kumpul di markas II 'Badala'
 

Sebelum berangkat (tunggu-tungguan)