Halaman Depan

Friday, May 9, 2014

Jogja-Solo (Edisi Kereta)


Sebagai mahasiswa yang ngekos, tentu saja pulang ke rumah menjadi sebuah agenda khusus. Apalagi bagi saya yang kampungnya cukup dekat, Solo, pulang menjadi acara rutin 2-3 pekanan. Kira-kira 3 tahun pertama kuliah, moda transportasi yang saya pilih adalah kereta api Jogja-Solo kayak Prameks, Sriwedari, atau mungkin Madiun Jaya. 

Dengan naik kereta, idealnya Solo-Jogja bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Temen-temen sering bilang, "Halah balik terus kwe san." Atau kadang, "Gur 1 jam perjalanan eg. Penak kwe." Mmm, kalo dah ngobrolin kayak hal-hal tersebut, saya biasanya kalah bicara sih. Tapi ya kalo emang ada kesempatan pulang, gak ada acara di kampus, kenapa gak balik? Itung-itung kumpul bareng keluarga, maen-maen bareng adek-adek, ikut acara rutin, bantu-bantu di rumah, atau semacamnya. Tapi, tidak saya pungkiri kalo kadang-kadang saya ngeskip acara di Jogja buat pulang. Kebayang sih jengkelnya temen-temen. #Evilgrin

Temen-temen mungkin sering menganggap pulang ke Solo itu cepet, bisa dilakukan kapanpun, kalo mau nglaju pun bisa, secara cuma 1 jam perjalanan. Tapi perlu diketahui, 1 jam itu waktu ideal. Sederhananya waktu di atas kereta. Itu pun kadang kereta nya berhenti lama banget di salah satu stasiun sehingga waktu perjalanannya lebih dari 1 jam. Itu belum termasuk memperhitungkan waktu dari kos menuju stasiun, nunggu kereta, stasiun ke rumah. Berangkat dari kos jam 6an pagi, sampai rumah jam setengah 9 dah termasuk cepet kayaknya. Saya lupa. Dah lama juga.

Menuju stasiun tugu, perjalanan dari kos tidak mungkin saya lakukan dengan berjalan kaki. Sebenarnya sih mungkin saja, tapi terlalu buang banyak waktu dan tenaga. Maka saya cuma jalan kaki sampai RS Sardjito, menuju shelter transjogja jalur 3A, nanti turun di shelter dekat sarkem ato malioboro 1. Tentunya di shelter gak langsung dapat bus. Kalo lagi apes, bus berangkat pas saya belum sempet nyeberang ke shelter.

Karena saya yang kurang hafal jadwal kereta, dan perjalanan kereta yang kadang dibatalkan membuat saya sering harus nunggu cukup lama di stasiun. Nunggu kereta 1 jam dah biasa dan termasuk lumayan cepet bagi saya. Terakhir saya ke Solo naik kereta kemarin saja nunggu mungkin sampai 2 jam lebih. Saat kereta datang pun harus nunggu stengah jam lebih hingga mulai jalan. Saat menunggu, tanpa ada orang yang kita kenal di sekeliling kita, yang dibutuhkan adalah kemampuan menyibukkan/menghibur diri. Ini yang sulit. Umumnya sih orang-orang memilih maen hp, ndengerin musik, ato ngemil pas lagi nunggu. Tapi mungkin bisa dicoba dengan cara lain (yang ini sangat susah bagi saya), mengajak ngobrol orang di dekat kita. Siapa tau ketemu jodoh #gaknyambung. 

antrean panjang beli tiket (di Solobalapan pas mau ke Jogja) 



Mondar mandir di Stasiun Tugu 


Kecuali madiun jaya AC, kereta Jogja-Solo itu sistemnya rebutan (CMIIW). Siapa cepet naik, dia yang dapat kursi. Jika pengen duduk sepanjang perjalanan, ada 2 saran. Pertama, duduk di kursi yang jauh dari pintu. Kedua, langsung saja duduk di lantai entah lesehan maupun bawa kursi sendiri. Sebisa mungkin hindari reserved seat karena kemungkinan besar bakal ada orang yang lebih pantas duduk di situ (Lansia, difabel, ibu-ibu hamil, anak-anak) tapi telat naik. Jika resistansi hati Anda tinggi, mungkin Anda bisa pura-pura tidur ato pura-pura gak liat (kedua cara tersebut sangat gak disarankan). 



Di dalem prameks (Solo-Jogja) 

Kereta Solo-Jogja/Jogja Solo. Tentunya jalur yang dilewati selalu sama. Pemandangan yang terlihat dari jendela juga tidak jauh berbeda setiap hari nya. Namun, pemandangan sawah yang kadang terlihat kadang cukup mensejukkan. sementara pemandangan dari jendela kereta di malam hari, hampir gak terlihat apapun, tapi ada pesona tersendiri di sana. 

Masing-masing moda transportasi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dibanding dengan menggunakan motor misalnya, meskipun total waktu dengan menggunakan kereta lebih lama, akan tetapi tidak terlalu memakan banyak tenaga dan bisa sambil istirahat (tidur di kereta). Pemilihan moda transportasi kembali ke selera masing-masing individu, karena hidup memang penuh dengan pilihan. Pilihan kecil, besar, bahkan pilihan untuk tidak memilih ( bahasannya jadi melebar).

1 comment:

  1. jinise tura turu le..
    2014 aku jaman suwe banget ra numpak kereta.. 10 taun dewe mungkin..

    ReplyDelete