Halaman Depan

Friday, November 21, 2014

Merbabu - Memori senja (Part 2 dari 2)

Lanjutan dari Merbabu - Gagal ke Puncak (Part 1 dari 2)

Dengan berbagai pertimbangan di antaranya: sisa bekal, sisa waktu, dan kaki yang cukup pegel, akhirnya jam 12 an rombongan memutuskan untuk langsung turun tanpa ke puncak dulu. Bahkan Hafid dan Diita yang baru pertama kali naik gunung pun lebih memilih untuk langsung balik ke tenda. Setidaknya, dengan langsung turun kami berharap dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari beberapa pertimbangan di atas. Karena bagaimanapun, tujuan naik gunung bukan lah sekedar sampai ke puncak, melainkan kembali dengan selamat. 


Turun ke pos 2, kami mengambil jalur yang agak berbeda dari sebelumnya. Kurang lebih jalur ini didominasi padang ilalang pada awalnya dan sesekali nampak bebatuan yang sepertinya mengandung belerang. Sempat ketemu mata air juga, sayangnya kandungan belerangnya cukup tinggi sehingga gak jadi diambil. Turun menuju camping ground, mungkin sebagian bisa dilihat lewat video berikut:


Barangkali jika ternyata Anda melihat ada tindakan tak terpuji, berbahaya, atau semacamnya dalam video tersebut, mohon jangan ditiru. 


Awalnya saya kira jalur turun yang kami ambil ini  beberapa kali lebih cepat dibanding jalur naik yang kami ambil, ternyata setelah dilewati gak beda jauh juga (efek lelah mungkin). Setidaknya medan nya agak lebih enak dan jelas lebih sepi jika dibanding jalur pas naik. Kalo di peta, mungkin seperti ini:



Kurang lebih yang warna ungu, tapi gak tau juga dink. Gak sadar ada gunung kukusan 

Sunday, November 16, 2014

Merbabu - Gagal ke Puncak (part 1 dari 2)


Perasaan bersalah dan berdosa menaungi saat tulisan ini ditulis dan diselesaikan justru saat Tugas Akhir baru masa kritis-kritisnya. Terkadang saya memang terlalu ‘halus’ pada diri saya sendiri. Ini mungkin bukan tulisan tentang merbabu jalur wekas, tapi lebih ke pengalaman kami saat melaluinya.

Mumpung masih belum lulus kuliah, banyakin naik gunung. Hanya sekedar pemikiran subyektif sih. Habisnya setelah lulus, mungkin bakal disibukkan dengan pekerjaan dan gak sempet muncak. Sempet pun waktunya mungkin gak banyak. Dan juga dari naik gunung banyak pelajaran dan kenangan yang didapat. Seperti yang kami lakukan Syawal kemarin, ke Merbabu. Lagi.

Sebagai pendaki abal-abal, saya memang cenderung lebih suka mencapai puncak yang belum saya capai sebelumnya. Tapi berhubung temen-temen kampus nya Uud yang pengen ikut banyak minta ke Merbabu karena katanya view nya yang termasuk wah, ya udah. Gunung yang belum pernah saya coba (Sumbing, Slamet, Semeru, Rinjani, dll) juga sepertinya tidak memungkinkan karena waktu, kondisi, maupun letaknya. Boleh lah Merbabu lagi, asal lewat jalur yang belum pernah saya lewati: Wekas.

Dalam pendakian kali ini, rombongan kami lumayan banyak juga. 14 orang. Dari pihak keluarga (kami menyebutnya Badala, singkatan dari 'Bani Mahdali Adventure' yang 'dibentuk' di persiapan pendakian kali ini) ada saya, Uud, Hafid, mas Luqman, mas Yusuf, mas Fajar, dan mas Rian. Dari temen-temen SMK nya Uud, ada Yahya alias si John, Aidult, Sena, Akmal, Irfan, dan Fa'at. Dan dari temen kampus nya Uud cuma ada Diita, satu-satunya cewek dalam rombongan (Sebenernya ada 2 lagi yang pengen ikut tapi gak dapet restu orang tua nya). Dari 14 orang dalam rombongan, lagi-lagi saya yang paling pendek, bahkan dibanding dengan Hafid yang masih kelas 2 SMP sekalipun.



Kumpul di markas II 'Badala'
 

Sebelum berangkat (tunggu-tungguan) 

Wednesday, September 17, 2014

Jar of Greed


Sebuah cerita sederhana tentang keserakahan. Saya dapat dari kultum pas ramadhan kemarin. Meskipun dah lama banget, ada bagusnya di share. Judul postingannya emang agak gak nyambung, ngambil dari kartu yugi jar of greed. Peduli amat.

tarik 1 kartu dari dek 

Pada zaman Nabi Isa, ada 3 orang yang menemukan emas ± 1kg. Sebut saja mereka Apem, Bakwan, dan Cendol.  Tentunya mereka senang bukan kepalang. Bayangkan saja 1kg emas, kalo zaman sekarang mungkin Rp 492.000.000,00 (dengan asumsi harga emas  Rp 492.000,00 per gram nya per 19 agustus 2014). Bisa dipake buat naik haji bolak-balik beberapa kali. 

Nah namanya juga manusia yang terkadang dihinggapi sifat serakah. Mereka ingin mendapatkan lebih banyak dari yang bisa mereka dapatkan. Apem dan Bakwan pun menyuruh Cendol untuk  membelikan roti untuk mereka bertiga. Cendol pun mau-mau aja disuruh. Mumpung Cendol sedang pergi, mereka berencana untuk menyergap cendol dan membunuhnya saat dia datang. Dengan demikian, emas yang  1kg tersebut cukup dibagi 2 saja. Rp 246.000.000,00 per orang. Lumayan banget kan.

Akhirnya mereka menjalankan rencana mereka tersebut. Saat Cendol datang, mereka langsung melakukan serangan dadakan dan membunuh Cendol. Rencana mereka sukses. Mereka pun merayakannya dengan makan roti yang dibawa Cendol. Tanpa mereka ketahui, sebenarnya Cendol pun berencana membunuh mereka dengan meracuni roti yang dia beli, dengan demikian 1kg emas bisa ia miliki sendiri. Roti telah dimakan, Apem dan Bakwan pun menyusul Cendol. Pada akhirnya, mereka mati karena keserakahan mereka sendiri tanpa berhasil menikmati emas temuan mereka tersebut.

Sunday, September 7, 2014

Kera dan Angin



Sebuah anekdot yang saya dapat dari sambutan halal bi halal di kampung. Sayang kalo gak di share.



Di sebuah hutan, hiduplah seekor kera. Dia banyak menghabiskan waktunya di atas pohon. Datang angin topan yang coba menjatuhkannya dari atas pohon. Namun dengan cekatan kera berpegangan kuat pada batang dan dahan sehingga dia tetap bisa bertahan di atas pohon. Selanjutnya, datanglah angin puting beliung yang mencoba menjatuhkan kera dari atas pohon. Lagi-lagi kera gagal dijatuhkan. Akhirnya giliran angin sepoi-sepoi yang mencoba menjatuhkan kera. Tiupan angin sepoi-sepoi yang nyaman membuat kera santai dan tidur. Saat tidur itu lah, kera pun jatuh dari atas pohon.


Ilustrasi, biar ada gambarnya
Cerita tersebut merupakan analogi kehidupan manusia. Kita diingatkan seringkali kita menerima ujian/cobaan berupa sesuatu hal yang berat, misalnya kehilangan sebagian harta, sakit, dan semacamnya tapi kita bisa  dan siap menghadapinya. Akan tetapi kita justru sering terlena dan dikalahkan oleh ujian yang berupa nikmat. 

Saturday, July 26, 2014

Selamat Idul Fitri 1435H

Taqobalallahu Minna wa Minkum
Semoga Idul Fitri dapat menjadi momentum bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik





Disclaimer: HxH original created by Yoshihiro Togashi

Thursday, July 17, 2014

Roti Bakar Bandung


Puasa-puasa, paling sedap ngepost tentang makanan. Di antara sekian banyak kuliner di Indonesia, saya akan curhat tentang Roti bakar Bandung. Sebuah makanan yang mudah kita jumpai dan biasanya sih bersebelahan dengan martabak, terang bulan (di Solo dan Jogja, gak tau kalo kota lain). Kali ini, saya ingin menarik sebuah pelajaran yang saya dapat dari 1 porsi roti bakar bandung. 

1 porsi roti bakar bandung, kita asumsikan aja yang harga Rp 9.000,00. Cukup terjangkau lah untuk sebuah cemilan yang mengenyangkan. Malah terlalu mengenyangkan kalo bagi saya. Biasanya kalo dah ngemil roti bakar bandung belum sampai 1 porsi (10 potong), saya gak perlu makan malam. Makan 5 potong aja perut sudah terasa penuh. Setelah perut penuh, potongan sisa nya otomatis baru bisa dimakan beberapa jam setelahnya. Keburu dingin dan tidak seenak pas masih hangat. Setelah dingin, roti bakar rasa coklat jadi terasa lebih pekat dan eneg sementara roti bakar rasa keju (menurut saya) jadi mirip rasa tape. Dimakan eneg, perut penuh, dibuang pun mubadzir. Dilema.




puasa-puasa enaknya spamming gambar makanan 


Ilustrasi (diperankan oleh model) 

Nah, dari sini saya dapat pelajaran pentingnya berbagi. Dengan berbagi, kita bisa menikmati roti bakar tanpa harus memikirkan roti bakar yang bakal dingin ataupun sisa. Pelajaran lainnya, yakni untuk tidak rakus. Pas lapar liat roti bakar yang keliatan enak, kebayang bisa habisin sendirian, padahal.. Saat lapar-lapar puasa seperti ini juga misalnya, semua makanan kelihatan enak. Berbagai makanan yang diinginkan disiapkan untuk berbuka. Padahal, setelah makan seporsi nasi juga dah cukup.




Bayangkan ujian yang saya alami saat search gambar ini di google saat jam kritis puasa 

Yang bikin saya penasaran adalah, mengapa saya tidak pernah menemui penjual roti bakar yang menerima pembelian setengah porsi? Misalnya roti bakar yang Rp 8.000an jika setengah porsi dijual Rp 5.000. Kalo ada kan mungkin saya bisa beli lebih sering dan barangkali orang-orang yang jarang beli roti bakar karena kasusnya seperti saya juga bakalan sering beli. Kalo dipikir-pikir gak ada ruginya jual setengah porsi. Yah tapi mungkin saja yang jualan memang 'berpesan' kepada kita secara tersirat untuk senantiasa berbagi.


Katanya sih isi kornet 

Salah gambar


Yang belum kesampaian Ramadhan kali ini

Saturday, June 21, 2014

Pesan Kelulusan dari Guru Fisika



Males nulis, tapi pengen update. Reblogging dari blog lama dengan perubahan pengantar seperlunya. Sebuah pesan dari wali kelas yang mengampu pelajaran fisika sebelum kelulusan untuk kelas kami, XII IPA 1 (Rollz'patu) (Izin share nggih Pak Syukur):


Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Anak-anakku yang ku sayang…

Nikmat demi nikmat dari Allah SWT selalu tercurah untuk kita

Hanya untuk Dia-lah segala puji dan puja

Shalawat dan salam semoga tercurah untuk Muhammad SAW junjungan kita


Tak ada yang abadi… tak ada yang abadi

Ada saat kita bersua, ada jua saat kita berpisah...

Kau harus lanjutkan perjalananmu

Yang masih jauh dan panjang (l), ‘tuk gapai asa dan citamu


Masih banyak hambatan (Ω), rintangan, dan tekanan (P) menghadang

Yang harus kau hadapi…

Jangan kau hindari!!!... Karena mereka selalu ada

Dan akan menjadikanmu lebih dewasa


Gunakan bekal dari “Al-islam”mu ‘tuk menghadapinya

Hidup adalah perjuangan tak henti-henti

Dan engkau harus jadi pejuang !

… bukan pecundang !


Gugah semangatmu dan tingkatkan terus usaha (W) mu

Tak apa dengan kecepatan awal (v0) = 0

asal kemudian kau pacu dengan percepatan (a) yang tinggi

Insya Allah kesuksesan akan kamu dapati dalam selang waktu (Δt) yang singkat


Jadikan kelulusan ini menjadi momentum (p) ‘tuk merubah diri

Gunakan semua energi (E) mu unutuk meraih cita-cita

Insya Allah kamu akan menjadi manusia yang ber-daya (P) dan ber-gaya(F)…


Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara

Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua,

Kaya sebelum miskin, Lapang sebelum sempit,

Hidup sebelum mati…


Anak-anakku yang kusayang

Tingkatkan intensitas (I) ibadahmu kepada Allah SWT

Ingatlah selalu nasihat suhu (T) – suhu (T) mu

Smoga Allah menjadikan kita hamba yang sukses di dunia dan akhirat


Selamat jalan anak-anakku!!!


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

M. Syukur  


Mungkin memang Anda yang membaca tidak diajar dan tidak merasa kalau pesan itu untuk kalian. Yah memang mungkin memang bukan, tapi nasihatnya tentu bisa jadi bahan pengingat untuk kita semua agar terus berjuang. Dan juga, cara menyampaikan pesan nya yang fisika banget. Setiap orang memang unik dengan caranya sendiri. Dan semoga, dengan mengingat lagi pesan ini, menambah motivasi untuk segera lulus.

Tentang Rollzpatu SMALSA:



Pintu masuknya 


Logo nya (thanks to lintangbagus.blogspot.com
Kelasnya, bisa dilihat? karpet broooo.. (masang sendiri) 

Tuesday, June 10, 2014

Sebungkus Kripik Singkong

Selasa, 27 Mei 2014. Hari itu, Bapak Ibu adek-adek maen ke Jogja. Saat beli oleh-oleh, saya 'dipaksa' milih 1 makanan. Mikir agak lama, saya pilih sebungkus kripik singkong. Lumayan, sekarang buat bahan nulis.
Adik dan Ibu pas di Jogja, ambil dari FB nya adik (Uud)
Sebungkus Kripik Singkong
Masih utuh hingga saat ini
Terbungkus rapi dalam kresek hitam
Mau ditahan dulu
Tapi gak tau kadaluarsanya kapan 
(Gak dicantumin)

Sebungkus Kripik Singkong
Belum juga sempat termakan
Mungkin karena sempat gak enak badan
Gigi ngilu, sariawan
Ada snack lain yang lebih menggoda
Atau mungkin sekedar terlupa

Sebungkus Kripik Singkong
Keliatannya isinya banyak
Entah berapa gram nettonya
(Lagi-lagi gak dicantumin)
Entar bisa saya habisin gak ya?
Harus bisa, Mubadzir lho

Sebungkus Kripik Singkong 
Mengingatkanku padamu 
Kapan bakal digarap lagi?

Ingat ini, ingat...
Gak ngerti tulisan apa lah ini. Puisi bukan, prosa bukan, syair bukan, apalagi pantun. Mungkin cocoklogi gak jelas. Dan juga, yang bener tu kayaknya keripik ya? bukan kripik. Yo wes lah gakpopo, biar pas.

Saturday, May 31, 2014

Katalis Mesin Waktu (Edited)


Mungkin sekitar 2 bulan yang lalu, saya berencana bikin postingan tentang mesin waktu. Bukan mesin waktu yang keren seperti di film-film sih. Hanya tentang alat yang mungkin bisa membawa kita 'kembali' ke masa lalu.Bukan kembali sepenuhnya, sederhananya berbagai hal yang mengingatkan kita ke masa lalu. Tapi karena konsep nya masih acak dan bingung buat penyajiannya, niat diurungkan. Nah baru-baru ini di kaskus hot trit nya tentang mesin waktu yang ada di sekitar kita. Apa yang disampaikan gak jauh beda dengan apa yang ingin saya posting sih. Lebih lengkap malah . Yah mungkin ide saya dalam bikin postingan blog memang terlalu mainstream. Tapi jadi mainstream bukan hal buruk juga kan? 

Dalam trit tersebut, ada beberapa alat yang mungkin bisa jadi 'mesin waktu' untuk kita. Saya taruh di sini secara singkat saja lah. Selengkapnya, bisa baca di sini.

Foto
Film
Buku
Uang
Mainan dan Hiburan
Kaskus
Musik 

Saya gak yakin ini gambar mesin waktu 

Sunday, May 18, 2014

Ngomongin Ini, Komik Golongan Darah

Belakangan ini di internet banyak sekali beredar komik-komik tentang golongan darah yang dikemas dalam bentuk karakter yang lucu dengan kepribadian dan sifat yang khas sesuai dengan  golongan darah masing-masing, baik di blog, sosmed, maupun web-web lainnya. A yang identik dengan keteraturan, B yang identik dengan pemberontakan, 0 yang identik dengan semangat kuat, serta AB yang identik dengan rasonalitas. Kurang lebih demikian, silakan koreksi jika salah. 

Friday, May 9, 2014

Jogja-Solo (Edisi Kereta)


Sebagai mahasiswa yang ngekos, tentu saja pulang ke rumah menjadi sebuah agenda khusus. Apalagi bagi saya yang kampungnya cukup dekat, Solo, pulang menjadi acara rutin 2-3 pekanan. Kira-kira 3 tahun pertama kuliah, moda transportasi yang saya pilih adalah kereta api Jogja-Solo kayak Prameks, Sriwedari, atau mungkin Madiun Jaya. 

Dengan naik kereta, idealnya Solo-Jogja bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam. Temen-temen sering bilang, "Halah balik terus kwe san." Atau kadang, "Gur 1 jam perjalanan eg. Penak kwe." Mmm, kalo dah ngobrolin kayak hal-hal tersebut, saya biasanya kalah bicara sih. Tapi ya kalo emang ada kesempatan pulang, gak ada acara di kampus, kenapa gak balik? Itung-itung kumpul bareng keluarga, maen-maen bareng adek-adek, ikut acara rutin, bantu-bantu di rumah, atau semacamnya. Tapi, tidak saya pungkiri kalo kadang-kadang saya ngeskip acara di Jogja buat pulang. Kebayang sih jengkelnya temen-temen. #Evilgrin

Temen-temen mungkin sering menganggap pulang ke Solo itu cepet, bisa dilakukan kapanpun, kalo mau nglaju pun bisa, secara cuma 1 jam perjalanan. Tapi perlu diketahui, 1 jam itu waktu ideal. Sederhananya waktu di atas kereta. Itu pun kadang kereta nya berhenti lama banget di salah satu stasiun sehingga waktu perjalanannya lebih dari 1 jam. Itu belum termasuk memperhitungkan waktu dari kos menuju stasiun, nunggu kereta, stasiun ke rumah. Berangkat dari kos jam 6an pagi, sampai rumah jam setengah 9 dah termasuk cepet kayaknya. Saya lupa. Dah lama juga.

Menuju stasiun tugu, perjalanan dari kos tidak mungkin saya lakukan dengan berjalan kaki. Sebenarnya sih mungkin saja, tapi terlalu buang banyak waktu dan tenaga. Maka saya cuma jalan kaki sampai RS Sardjito, menuju shelter transjogja jalur 3A, nanti turun di shelter dekat sarkem ato malioboro 1. Tentunya di shelter gak langsung dapat bus. Kalo lagi apes, bus berangkat pas saya belum sempet nyeberang ke shelter.

Karena saya yang kurang hafal jadwal kereta, dan perjalanan kereta yang kadang dibatalkan membuat saya sering harus nunggu cukup lama di stasiun. Nunggu kereta 1 jam dah biasa dan termasuk lumayan cepet bagi saya. Terakhir saya ke Solo naik kereta kemarin saja nunggu mungkin sampai 2 jam lebih. Saat kereta datang pun harus nunggu stengah jam lebih hingga mulai jalan. Saat menunggu, tanpa ada orang yang kita kenal di sekeliling kita, yang dibutuhkan adalah kemampuan menyibukkan/menghibur diri. Ini yang sulit. Umumnya sih orang-orang memilih maen hp, ndengerin musik, ato ngemil pas lagi nunggu. Tapi mungkin bisa dicoba dengan cara lain (yang ini sangat susah bagi saya), mengajak ngobrol orang di dekat kita. Siapa tau ketemu jodoh #gaknyambung. 

antrean panjang beli tiket (di Solobalapan pas mau ke Jogja) 



Mondar mandir di Stasiun Tugu 

Setelah Hiatus

Akhirnya bisa kembali nulis-nulis di blog lagi setelah sebulan lebih sedikit tanpa postingan. Emang diniatkan hiatus sebulan sih, tapi blog minim follower kayak gini mana ada yang sadar kalo yang nulis sedang meliburkan diri nulis. Jangankan follower, Pageview nya nambah aja dah Alhamdulillah. Tapi bagaimanapun keadaannya, saya masih menikmati maen-maen dengan blog yang berumur 5 bulan'an ini. 
Menulis itu ribet, tapi cukup menyenangkan. Saya jadi sering kepikiran, "kira-kira ini cocok buat bahan tulisan gak ya? wah kayaknya ini bagus buat ditulis." dan semacamnya. Yang sulit dari cari bahan menulis adalah, tema yang kita anggap bagus belum tentu menarik buat pembaca. Misalkan, pengalaman waktu bla bla bla apalah. Mungkin bagi kita menarik dan berkesan, tapi mungkin bagi orang lain biasa aja. Meskipun dapat ide bagus pun kadang malas buat merealisasikan dan menyelesaikannya. 
Selain itu saat menulis, saya cenderung ingin menyampaikan semua hal yang ada dalam pikiran saya untuk dituangkan dalam tulisan. Bisa dibilang sisi keegoisan penulis lah mungkin. Tapi, belum tentu juga pembaca mau baca tulisan panjang-panjang, terutama pembaca yang lebih suka lihat gambar. Ribet. Memang saya yang aneh. Blog belum tentu dibaca juga dah mikirin ribet-ribet. Padahal penulis-penulis terkenal mungkin menulis tanpa memikirkan hal-hal ribet macam itu, mereka menulis apa yang mereka suka. Suka silakan baca, kalo tidak ya gak usah.
Lalu yang paling susah, mempromosikan blog atau postingan baru. Seperti terlihat pada paragraph-paragraph sebelumnya, sepertinya saya masih agak pesimis dengan tulisan saya sendiri. Gara-gara itu, saya jadi gak enak kalo mempromosikan blog yang masih amburadul. Lalu belum dapet media yang pas dan efektif buat promosi. Yo wes lah yang penting nikmati aja dulu maen-maen dengan blog. Nulis blog gak usah terlalu dipikir kayak nulis tugas.

Monday, April 7, 2014

Malam Minggu Taufiq


Tidak seperti mainstream nya, malam minggu Taufiq jelas berbeda dengan remaja-remaja lainnya. Tidak seperti malam minggu miko yang absurd atau kadang 'dipaksa' absurd. Tidak ada yang namanya ngedate, ngapelin anak orang dan semacamnya. Dan tidak ada pula kata bingung mau ngapain ataupun berdo'a hujan turun agar para pasangan gagal kencan. Mengapa berbeda? Pertama, karena dia harus masuk sekolah esok harinya. Dan kedua, setiap sabtu malam keluarga Taufiq mengadakan pertemuan rutin. Itulah kenapa Taufiq tak perlu bingung harus bagaimana dia menghabiskan waktu di malam minggu nya.

Pertemuan rutin tersebut diinisiasi oleh salah satu budhe nya Taufiq dan sudah berjalan kurang lebih 5 tahun. Acara tersebut konsepnya sih pengajian kecil dengan mengundang orang yang kira-kira paham tentang hal yang akan dibahas. Awalnya, yang dibahas yakni hadits yang berkaitan dengan fiqih dari kitab Bulughul Maram. Dan belakangan ini pembahasan meliputi tafsir dan juga adab kehidupan sehari-hari. Dilanjutkan dengan tanya jawab jika ada.



Salah satu 'adegan' malam minggu Taufiq 

Selain diisi dengan kajian, acara tersebut juga menjadi sarana mempererat silaturahmi antar saudara. Mempererat hubungan nasab, memperkuatnya dengan hubungan persaudaraan seiman. Berbagi kabar baik maupun buruk, saling meringankan beban jika ada yang memerlukan. Setelah selesai acara inti, sambil menyantap yang disajikan terkadang kami membahas isu aktual yang sedang terjadi di sekitar, misal bencana yang cukup sering melanda, maupun pesta demokrasi yang sedang ramai tahun ini.

Memang sih Taufiq seringnya ngantuk, ketiduran, dan melewatkan acara intinya. Tapi setidaknya acara ini cukup bermanfaat bagi keluarga nya. Semoga saja acara tersebut bisa istiqomah, diteruskan ke  generasi-generasi berikutnya, dan dapat menjadi salah satu jalan menuju generasi penerus yang lebih baik. Dan mungkin bisa jadi inspirasi untuk diikuti keluarga-keluarga lainnya dan menjadi salah satu tradisi positif. Aamiin.


Acara inti (?)

Thursday, March 27, 2014

Sebuah Keraguan Terulang


Di semester-semester akhir ini, muncul banyak pertanyaan dalam otak saya. Salah satunya yang paling besar yakni, "Kira-kira ntar habis lulus bakal kerja di mana ya?" Masa lalu seperti terulang. Dulu saat kelas XII SMA, pertanyaan yang mirip muncul. "Kira-kira nanti habis lulus kuliah di mana ya?". "Enaknya masuk jurusan apa ya?"

Mengingat saat menentukan pilihan jurusan kuliah. Cukup sulit juga. Waktu itu kita harus memperkirakan peluang masuk karena mayoritas yang pengen kuliah pada ngincer PTN. Menyesuaikan nya dengan minat, nilai rapor, dan juga prospek kerja nya nanti. Belum lagi menyusun strategi memilih jurusan dari yang grade tertinggi sampai grade terrendah. Ribet. Dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, saya mulai khawatir ntar bisa kuliah di PTN atau tidak. Hal itu mengakibatkan saya ikut berbagai jalur masuk PTN dengan brutalnya. Saya langsung banyak-banyak coba jalur pendaftaran sebelum ujian nasional. Siapa tau ada yang kecantol. Alhamdulillah, Allah memberi saya kesempatan hingga akhirnya sekarang saya bisa kuliah di JTSL FT UGM.

Seperti yang saya tulis tadi, masa lalu seperti terulang. Memang gak sepenuhnya sama sih. Lulusan teknik sipil memiliki berbagai pilihan prospek kerja untuk ke depannya. Umumnya, mereka bisa jadi pekerja bidang konstruksi (konsultan pengawas, konsultan perencana, pelaksana proyek (kontraktor)), pegawai PU, dosen, pegawai tambang (bener gak yo istilahnya?) dan lain-lain hingga pegawai bank. Memang sih tidak menutup kemungkinan untuk memasuki pekerjaan yang sama sekali di luar bidang keahliannya. Dengan pilihan yang cukup banyak tersebut, wajar jika saya bingung mau kerja di mana. Terlebih lagi, selain terlalu banyak pilihan, banyak juga faktor lainnya.

Pekerjaan yang berkaitan dengan konstruksi, berkaitan dengan keselamatan pengguna produk konstruksi tersebut. Perlu pengalaman kerja yang cukup banyak. Belum lagi dunia konstruksi itu cukup gelap (Walau mungkin gak semua kayak gitu sih). Banyak uang yang 'abu-abu' bersliweran. Tegakah kita memberi makan keluarga dengan uang yang demikian? Bank juga gak jauh beda kayaknya. Entahlah kalo PU saya kurang tau. Dosen, perlu kemampuan akademis dan penyampaian yang bagus. Tambang biasanya persyaratan agak sulit dan harus siap berlama-lama di luar jawa. Kerja di luar bidang sipil, entah kerja seperti apa belum ada bayangan dan sayang juga kuliah nya. 

Sampai sekarang, saya masih ragu bakal pilih kerja di mana. Makin dipikir makin bikin bingung. Kita tidak akan pernah tahu masa depan kita, sampai kita mengalaminya. Yang penting, terus berdo'a saja kepada Allah agar dipertemukan dengan takdir yang paling baik. 


Postingan yang kurang menarik mungkin. Gak ada gambarnya. Isi nya terinspirasi dari obrolan saat les SAP 2000.

Wednesday, March 26, 2014

Mungkin Menyenangkan jika Saya Bisa Memasak, atau Mungkin...


Mungkin beberapa orang berpikir, pekerjaan di dapur itu pekerjaan yang identik dengan wanita. Jika kita lihat dari realita yang ada saat ini, memang hal tersebut tidak relevan. Di rumah makan atau warung burjo lah sederhana nya, kita justru lebih sering melihat para lelaki yang berada di hadapan kompor dan asyik dengan penggorengan. Di acara memasak dan chef hotel berbintang, para lelaki juga cukup banyak mendominasi.

Lantas, bagaimana dengan para wanita? Entahlah. Pasti masih banyak yang bisa masak meski hanya menu tertentu, ada yang expert, dan mungkin ada juga yang sama sekali gak bisa masak. Tapi yang jelas, wanita yang pandai masak punya poin plus sih. Bukankah menyenangkan jika masakannya menjadi masakan favorit untuk anak dan suami? Menambah hawa keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warahmah. Terlalu lama melebar, saya akan mulai menceritakan pengalaman saya dengan dapur selama ini. 

...
Saya orang yang mudah tertarik terhadap sesuatu, salah satunya memasak. Memasak itu menarik. Bereksperimen, mencoba meracik menggabungkan berbagai material dengan kadar dan metode tertentu, dan Bufff!! Ada kemungkinan berhasil dan gagal tergantung tangan yang mengerjakan. Kalo berhasil, senyum lebar dan Alhamdulillah. Kalo gagal.. Speechless.

Kelas XII SMA, biologi entah bab apa nyambung ke fermentasi. Saat itu tugas bikin tape (individu), sukses. Dan tugas lainnya bikin donat (berkelompok). Dianjurkan untuk dikreasikan dengan bahan lain, misal waloh, ketela, kentang, atau semacamnya. Nah, untuk sesi coba-coba di rumah, saya coba pakai jagung manis. Jagung saya dihaluskan untuk mengganti sebagian tepung, dibikin adonan, dan hasilnya.. GAGAL. Dalam kasus ini saya kesulitan dalam menakar bahan secara akurat, dan juga nguleni adonan itu susah. Saya coba 2 kali kayaknya dan gagal semua. Akhirnya, saat bikin donat kelompok di rumah temen, kita gak pakai bahan tambah apapun. Hanya seperti donat biasa, dan parahnya agak bantat. Dikumpulkan ke guru dengan apa adanya. Search aja di google 'donat gagal', hasilnya mirip-mirip kayak gitu lah.



Bukan seperti ini 


Pernah juga iseng pengen bikin bakpao. Kayaknya sih pengembangnya kurang sehingga saat sudah jadi, lumayan mantep buat nimpukin maling. Keras bagai nokia 3310. Bikin cake, gosong sehingga bagian luarnya harus dikupas. Bikin pancake dengan resep search internet, gagal juga. Memang saya gak beruntung dalam hal bikin-bikin roti kue kayak gini. Pernah sih agak sukses sekali. Roti goreng isi dengan lapisan tepung panir di bagian terluar. Sayang proporsi isi dengan rotinya gak imbang.



hanya ilustrasi 

Saturday, March 22, 2014

Kormasit - Parasit


Ngepost tentang KKN sekarang mungkin memang sudah agak kadaluarsa. KKN PPM UGM pada bulan Juli-Agustus 2013, bagi saya momen tersebut merupakan salah satu dinding besar yang harus dilewati untuk mencapai kelulusan selain dinding lainnya yakni PPL dan Tugas Akhir. Terlebih lagi, dalam kumpul pertama KKN GK-04 di KPFT, saya ditunjuk jadi kormasit (Koordinator Mahasiswa tingkat Sub unit). Saat itu, pembagian subunit entah berdasarkan apa saya lupa, cowok yang dapat subunit Dusun Temon ada Saya, Adhi, dan mas Eko. Karena saat itu mas Eko gak datang, sedangkan Adhi sudah menjabat sebagai kormanit (Koordinator Mahasiswa tingkat Unit), mau tidak mau saya yang kebagian jatah sebagai kormasit. Yah mungkin segala sesuatu akan jadi sangat berbeda jika malam tersebut mas Eko hadir. Sangat mungkin.

Awal-awal, kormasit disuruh ngumpulin estimasi biaya hidup 2 bulan. Selain itu, kormasit disuruh merekap apa saja kebutuhan subunit. Apa saja yang perlu dibawa masing-masing, si A bawa apaan, si B bawa apaaan, apa aja perlengkapan subunit yang belum tersedia, dan lain-lain. Survey mengumpulkan informasi dari dusun yang akan ditempati. Ribet. Dan liat-liat berbagai persiapan subunit lain, entah di grup facebook maupun saat rapat per subunit, terlihat begitu rapi dan teratur. Menyilaukan. Bikin Minder. Saya jadi kasihan sama orang-orang apes yang harus dikoordinir oleh saya waktu itu.



Estimasi (sempet pengen iseng bikin di paint sih)

Bagi saya yang semi introvert, gak pandai ngomong, gampang panik dan bingung, ceroboh, perusak, dan lain-lain, harus jadi kormasit selama 2 bulan kurang sedikit itu jadi pelajaran banget. Tapi gak tau juga pelajaran yang didapat masih bersisa gak sampai sekarang. Awal-awal KKN, saya sempat diprotes kok kormasit gak pernah ngasih komando atau semacamnya. Banyak evaluasi yang saya dapat misalnya keraskan suara kalo ngomong, jangan bingung, terima kritik, jangan malu bersosialisasi dan lain-lain, malu kalo harus ditulis semua. Harus berinisiatif bikin jadwal sosialisasi anak KKN dengan warga per RT, mengenal warga dusun sebanyak mungkin (sebenarnya ini tugas semua juga sih). Jelas bingung dan tertekan di awal-awal, namun seiring berjalan waktu, mulai terbiasa juga.

Terbiasa bukan berarti selalu melakukan segala sesuatu dengan benar. Di pertemuan sosialisasi per RT, saya gak terlalu banyak berperan seperti seharusnya. Saya juga masih belum berhasil mengompakkan temen-temen subunit (menurut saya).  Pas ada acara kluster tertentu gak semua anggota subunit datang meskipun mungkin luang (saya termasuk), gak kayak Dusun lain yang bener-bener kompak. Juga saat evaluasi rutin subunit, saya juga paling cuma mbuka dan nutup. 

Dusun Temon yang kami sebut sebagai negara api, dusun yang penuh kehangatan. Tapi kalo sekali panasnya keluar, ngeri. Contohnya pas kami rencanain bikin lomba buat memperingati hari kemerdekaan. Sempat terjadi perselisihan antara kaum pemuda dengan kaum tua pas malam tirakatan yang kami manfaatkan untuk ngobrolin rencana kami. Tondy dan Gaby mungkin yang paling kerepotan malam itu. Lagi –lagi saya gak berbuat banyak. Dan akhirnya, setelah dipikir dan dibicarakan selama beberapa hari, malah beberapa lomba gak diadakan. Kalo diinget-inget, mungkin itu bagian KKN yang paling suram.

Saat mendekati akhir-akhir, kami sibuk dengan administrasi laporan KKN. Berbagai kabar yang muncul memang cukup membingungkan. Saat saya sempet turun ke Jogja, saya coba tanya ke temen-temen jurusan tentang laporan KKN. Siapa tahu dapat pencerahan. Ada yang sama-sama bingung, ada yang dah selesai, dan yang unik, ada yang bilang ,”Takon wae nyang kormasitmu!” (tanya aja ke kormasit mu). Berarti, default nya kormasit seharusnya tahu tentang detail pengerjaan laporan KKN dari LPK, R1, R2 dan apalah lainnya itu saya lupa. Sekali lagi saya gagal sebagai kormasit. Dan tentu masih banyak kegagalan lainnya, termasuk ngrepotin kluster sainstek dengan ngambang dan gajenya program filtering (yah ini gak nyambung sama kormasit sih).

Saya mungkin gak setenang Adhi, gak sebijak Anton, maupun gak sevisioner Tondy. Jelas akan berbeda jika yang jadi kormasit salah satu dari mereka. Tapi semoga dengan pelajaran sebagai kormasit ini, saya bisa jadi orang yang lebih baik ke depannya. Teman-teman GK-04, khususnya subunit temon, meski mungkin kalian takkan membaca tulisan ini, maaf nggih jika selama 2 bulan saya lebih mirip parasit daripada kormasit. Terima kasih sudah jadi inang saya selama 2 bulan tersebut. Sebenarnya hingga saat tulisan ini ditulis, ada sedikit yang masih mengganjal dalam pikiran saya. Saya merasa masih ada hutang terhadap Dusun Temon. Entah apa.


Thanks to:

Temen-temen subunit Temon (biar gak mainstream, fotonya pake nasi kuning yang dipake buat lomba mumpung pas ada 7)


Tondy 
Mbak Tania
Gaby 
Frayda 
Mbak Dian
Anton
Adhi

Thursday, March 20, 2014

Perjalanan Naik Ketiga (Sindoro Part 3)


Lanjutan dari part 2 (baca)

Di puncak, kami mengisi perut dan berfoto-foto sampe bosen. Lagi-lagi saya yang paling galak. Hari itu sudah hari Ahad. Sudah cukup siang pula. Besok kami juga harus kembali ke rutinitas masing-masing. Saya ngomel-ngomel 'udahan foto-fotonya, ayo segera pulang'. Yah mengingat perjalanan Sindoro-Solo pasti memerlukan waktu yang cukup lama. Bisa-bisa kami sampai rumah jam 11 an malam jika perjalanannya seperti waktu berangkat. Tapi saya harus menerima konsekuensi dari perilaku saya. Gara-gara saya buru-buru pengen segera turun, foto-foto saya yang di puncak (yang sendirian) jadi sedikit dan tentu gak semua juga yang bagus. Jam 11an, kami mulai turun. Video pamitan:



Biasanya, perjalanan turun sih lebih cepat daripada naiknya. Ya kan? Saat turun, kita lebih mudah berlari dan tidak perlu istirahat sesering pas naik. Perjalanan menuju pos 4 susah dideskripsikan dengan kata-kata, gak ada foto, pakai video aja.

Monday, March 17, 2014

Waterplant Community (part 2): Little Pea Can’t Really Escape


Lanjutan dari part 1 (baca)
Tidak banyak yang berubah dari kehidupan saya setelah keluar dari Waterplant Community. Hanya terkadang masih dipaksa balik entah serius atau tidak, atau dimarahin temen (meski semi bercanda) kenapa keluar padahal ikut waterplant merupakan suatu kesempatan yang bagus untuk menambah pengalaman, link, atau yang lain-lain. Yah kalau sudah terlanjur gak sreg dan keluar ya mau bagaimana lagi.

Dan selepas dari Waterplant Community, ternyata saya tidak bisa benar-benar ‘lepas’ dan ‘jauh’ dari Waterplant. Kira-kira setahun setelah saya keluar dari Waterplant, saya harus kembali ke ‘markas’ Waterplant. Memang bukan untuk urusan waterplant sih. Kebetulan tugas semester tersebut, Perancangan Bangungan Teknik Sipil (PBTS), kelompok saya dapat asisten yang sering nongkrong di Waterplant. Otomatis cukup sering asistensi di sana. Memang bukan masalah besar sih sebenernya, tapi rasanya agak aneh mengunjungi lagi waterplant yang sudah saya tinggalkan.



Pas KKN juga. Kelompok KKN kami GK-04 yang bertemakan mitigasi bencana kekeringan juga dapat bantuan dari Waterplant. Sebelum KKN, kami dibantu  oleh waterplant tentang langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan. Nah yang bantu kami ini temen seangkatan di Waterplant dulu. Dia bisa njelasin ke temen-temen sainstek GK-04 dengan lancar dan professional. Beda banget dengan saya. Banyak temen GK-04 yang terpesona dibuatnya. Sekali lagi, beda banget dengan saya.



Dalam proses KKN, Waterplant membantu kami untuk menghubungkan dengan link-link yang diperlukan. Dalam hal ini saya tidak terlalu terlibat. Selain itu, mereka juga membantu dalam hal survey. Nah kali ini yang turun ke lapangan angkatan 2011 nya. Karena saya keluar sebelum ada suksesi, tentu saja mereka gak tahu kalo saya pernah di Waterplant juga. Mereka juga cukup professional, gak kalah sama seniornya.

Sebulan’an setelah KKN, saya mulai PPL. Nah ternyata di tempat PPL juga ada orang Waterplant. Petinggi nya. Tentu saja beliau gak tahu kalo dulunya saya juga orang waterplant juga. Lalu bagaimana saya tahu kalo beliau salah satu petinggi nya? Saya pernah dengar nama beliau dan diberitahu temen waterplant juga.  Dan sekarang semester 8, saya harus mengasisten’i anak waterplant angkatan 2011 juga di tugas PBTS. Kira-kira kalo dia tahu saya juga orang Waterplant dulunya, bakal kayak apa ya tanggepannya? “Ah Payah kwe mas.” Mungkin kayak gitu. Entahlah. Waterplant, mungkin nanti justru akan menjadi sebuah minus besar di Curriculum Vitae saya. Tapi bagaimanapun, kesalahan yang sudah terlanjur saya lakukan dulu, saya harus mau menerima konsekuensi nya.

Thursday, March 13, 2014

Waterplant Community (part 1): One of My Betrayal


Waterplant Community merupakan sebuah wadah mahasiswa yang peduli tentang pentingnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat yang katanya sih didirikan tahun 2002. Kalo gak salah inget, Waterplant ini dirintis dari sebuah KKN di Gunungkidul. Secara bertahap dari KKN tersebut, Waterplant membangun instalasi pengangkatan air berbasis masyarakat dengan tenaga solar panel. Biaya yang tidak sedikit untuk pengadaan didapat dari CSR beberapa perusahaan.

Kesan pertama saat saya lihat Waterplant Community, wow keren. Banyak di lapangan, jadi kayaknya bakal nambah banyak pengalaman dan wawasan lapangan kalo ikutan. Terlebih saya cukup tertarik dengan bidang keairan meskipun makul-makul air saya nilainya biasa aja. Saya pun berminat untuk gabung. Oprec dibuka awal semester ganjil 2011. Saat itu, dari 3 divisi yang ditawarkan yakni Research and Development (RnD), Eksternal and Surveyor (EnS), dan Human Resource Management (HRM), divisi yang saya minati yakni Research and Development.




Saya lupa tanggal dan bulan tepatnya, pada hari Sabtu-Ahad saat itu diadakan seleksi calon anggota Waterplant. Pada seleksi hari pertama (Sabtu), seleksi berupa uji diskusi. Calon anggota dibagi dalam 2 kelompok dan disuruh berdiskusi untuk menarik suatu kesimpulan. Ketika itu kami disuruh mendiskusikan tentang prosedur pembangunan instalasi air bersih berbasis masyarakat kalo gak salah inget. Sedangkan di hari kedua, giliran tes wawancara. Sepertites wawancara pada umumnya, berbagai pertanyaan muncul. Pertanyaan yang saya ingat yaitu SWOT yang saya jawab sebisanya dan pertanyaan bagaimana jika saya saya jadi ketua panitia seminar, sementara di saat yang bersamaan dengan seminar tersebut ada kuliah. Nah saya jawab aja pas itu melihat absennya dulu. Dan akhirnya di hari pengumuman, dari 10 orang yang diterima, saya termasuk.

Setelah masuk ke Waterplant Community (saat itu saya nyebutnya WPC, agak aneh memang), saya baru tahu kalo meskipun letaknya di JTSL UGM, anggota nya tidak hanya dari teknik sipil. Ada yang dari jurusan teknik lainnya, fakultas geografi, dan entah darimana lagi saya gak ingat. Bahkan, sebenarnya karena Waterplant Community (kakak tingkat banyak yang nyebutnya WC, malah lebih aneh) lebih banyak srawung ke masyarakat, Waterplant juga memerlukan tambahan anggota dari ranah sosial misal psikologi, ekonomi, atau sejenisnya mungkin.

Dari Waterplant, saya dapat beberapa hal. Kami survey ke lapangan, bertemu dengan para tokoh masyarakat yang concern ke air bersih layak konsumsi yang tergabung dalam Pammaskarta (Paguyuban Air Minum Masyarakat Jogjakarta), sedikit hal tentang MDGs (saya sudah lupa), pentingnya pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain hingga hal sepele seperti TOR ataupun pentingnya menyimpan nota pembayaran. Teringat tugas pertama saya yakni bikin design X banner yang akhirnya diselesaikan senior juga.

Namun, entah kenapa berada di Waterplant saya berpikir seperti saya berada di tempat yang kurang tepat. Pernah saya justru memperlama saat akan survey gara-gara gak ada helm. Saya juga yang paling pasif kalo kami sedang berkunjung. Paling males tanya. Sempat putus komunikasi gara-gara ganti nomor hape juga membuat saya tidak mengetahui tugas spesifik saya. Pas acara kunjungan bentrok dengan jam kuliah, saya lebih prioritaskan kuliah nya meskipun masih bisa absen. Berbeda dengan pas wawancara. Payah. Absen dari satu dua kegiatan membuat saya semakin lepas dan semakin jauh dari Waterplant.


Akhirnya dengan ketidaknyamanan tersebut, sekitar 2012 awal (mungkin sekitar april) saya putuskan untuk keluar dari Waterplant. Sempet sih dibujuk balik sama temen-temen Waterplant beberapa kali. Katanya kekurangan orang juga karena bakal ngadain seminar. Tapi yah saya yang memang keras kepala dan terlanjur lepas pun tetep aja nolak. Saya memang sering tidak professional maupun berkomitmen dalam menjalankan tugas. One of my evil side was revealed. Mungkin kasus saya menjadi sebuah pelajaran bagi Waterplant dalam oprec agar lebih selektif dalam milih anggota dan menerima lebih banyak orang antisipasi kalo ntar ada yang lepas kayak saya (kayaknya sih nggak ada). Sebenarnya kalo diinget-inget lagi, saya jadi gak enak sama mereka dan jadi jengkel sama diri saya sendiri. Terkadang kesempatan diberikan kepada orang yang kurang tepat, misalnya saya. Padahal mungkin saja banyak yang ikut oprec lebih punya niat dibanding saya tapi tidak diterima. Tolong jangan ditiru ya!


Pintu tersebut makin terasa ngeri setelah saya keluar

Saturday, March 8, 2014

Perjalanan Naik Ketiga (Sindoro Part 2)


Lanjutan dari part 1 (baca)

Menuju pos pertama, kami sempat dipandu sama bapak-bapak penduduk setempat karena jalur awal memang masih berbaur dengan pemukiman penduduk sehingga cukup membingungkan. Setelah memandu kami ke rute utama, si Pakde (kami lebih nyaman menyebutnya demikian) tadi bilang yang kurang lebih demikian, “ Nah dari sini, mas tinggal ngikuti jalan saja. Paling 3 jam an sampai ke puncak.” Mukegile!! Itu si Pakde pakai ilmu apaan? Mas-mas di basecamp aja bilang perjalanan dari basecamp ke pos 3, pos yang biasa dipakai buat ngecamp bisa mencapai 7 jam. Yah mungkin agak dilebih-lebihin dikit biar ojek nya laku atau kami yang salah dengar, tapi jelas kalo bisa sampai puncak dalam waktu 3-4 jam itu ajaib.

Jalan menuju pos pertama masih berupa jalan yang bisa dilalui kendaraan bermotor. Masih cukup lebar untuk dilewati mobil sepertinya. Setelah kami mengalami sendiri perjalanan menuju pos pertama, cukup terasa kalo pake ojek lumayan banget buat berhemat waktu dan tenaga. Tapi mustahil kami kembali ke basecamp hanya untuk ngojek. Sangat tidak efektif. Sesampainya di pos pertama, ada mas-mas lagi ngopi-ngopi. Keliatan enak.




Seperti tertulis, pos 1 ojek. Salah satu spot tukang ojek mangkal 

Perjalanan menuju pos 2, para rombongan dah ngantuk. Banget. Dari pos pertama, ojek mungkin hanya bisa sampai ke ½ perjalanan menuju pos 2. Atau mungkin malah gak sampai ½. Rombongan makin sering berhenti. Mas Luqman malah sempet tertidur. Nah Saat berhenti lama sampai ada yang tertidur tersebut, Mas Yusuf yang berpengalaman naik Sindoro 1x, memetiki daun pegagan yang tumbuh di sekitar situ. Saya lebih sering nyebutnya pegatan meskipun entar artinya jadi lain. Katanya sih kalo direbus dan airnya diminum, dapat melancarkan peredaran darah ke otak. Lumayan lah buat campuran nyeduh-nyeduh entar.

Saya tidak tahu memetiki pegagan liar tadi termasuk melanggar aturan pecinta alam yang ‘dilarang mengambil apapun kecuali gambar’ atau tidak. Akan tetapi, pecinta alam dadakan dan abal-abal seperti saya memang sering tak memikirkan hal tersebut. Payah. Dengan kondisi tubuh yang makin lelah dan mata yang makin ngantuk, sesampainya di pos 2 kami pun nyeduh kopi.

Dalam perjalanan menuju puncak Gunung Sindoro kali ini, rombongan kami bawa kompor gas kecil.  Tidak seperti 2 perjalanan naik sebelumnya yang hanya bawa  paraffin dan spirtus. Dengan kompor gas, mendidihkan airnya jadi lebih cepet. Ngopi di ketinggian, kondisi dingin, dan ngantuk waktu itu memang nikmat banget. Sayangnya sehabis ngopi, bingung juga panci bekas nyeduhnya dibersihinnya gimana? Jadilah dibawa dalam kondisi kotor. Kalo di alam terbuka seperti ini, cara kotor kayak gini bagi kami agak wajar. Entah untuk pendaki lain.



Ada yang sempet bobok

Wednesday, March 5, 2014

Mungkin Menyenangkan jika Kita Jalan Kaki


Secara umum, masyarakat Indonesia cenderung malas untuk berjalan kaki. Dengan berbagai alasan semisal Indonesia yang panas, jalanan yang gak nyaman, lebih cepet naik motor atau mobil, capek kalo harus jalan, gengsi, dan mungkin berbagai alasan yang lainnya. Terlebih lagi dengan harga kendaraan pribadi yang semakin terjangkau. Dengan uang muka kurang lebih 600 ribu rupiah, seseorang sudah bisa membawa pulang motor baru. Mobil murah di bawah 100 juta juga sudah banyak beredar. Tidak heran jika seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia lebih memilih naik kendaraan pribadi dibanding jalan kaki ato naik transportasi umum.

Kalau begini terus, coba kita ibaratkan infrastuktur transportasi di Indonesia sebagai balon karet dan kendaraan sebagai air yang dimasukkan ke balon tersebut. Air secara terus menerus dimasukkan ke dalam balon, mau tidak mau balon harus menyesuaikan jumlah air yang masuk. Akan tetapi pada titik tertentu, balon akan tidak sanggup lagi menampung air yang ada. Mungkin memang analoginya agak tidak pas, tapi alangkah baiknya jika pertumbuhan kendaraannya tidak terlalu banyak, ato bahkan bukan bertambah tapi justru berkurang.

Dengan banyaknya kendaraan saat ini, coba perhatikan dampaknya. Kemacetan semakin merata. Polusi udara meningkat. Banyak ruas jalan  yang semakin sempit karena banyak dimanfaatkan untuk parkir on street. Kenyamanan pejalan kaki terganggu. Waktu tempuh perjalanan semakin panjang. Keamanan dan kenyamanan berlalu lintas juga menurun. Pendapatan angkutan umum menurun sehingga pelayanannya tidak membaik. Mungkin masih banyak lagi dampak lainnya. Kelihatan repot bukan?


Terlihat penat  (Random Image from google) 

2500 Kata Perusak Liburan


Akhir tahun lalu, ada sedikit masa libur entah dalam rangka apa saya lupa. Mungkin sih minggu tenang sebelum ujian. Tujuan dasar dari sebuah liburan adalah untuk menghilangkan penat dan kejenuhan dalam pikiran. Akan tetapi, saat di dalam liburan terdapat tanggungan tugas essay 2500 kata sebagai salah satu nilai akhir, liburan malah jadi gak santai. Kayak dikejar-kejar. Essay mata kuliah kewarganegaraan tersebut iseng-iseng saya post di sini. Sebenarnya niatan dah agak lama, tapi nunggu nilai keluar dulu biar gak dikira hasil plagiat. Bahasan yang agak membosankan, gak ada gambar, dan asal susun kalimat. Barangkali manjur buat yang susah tidur. 


Demokrasi dan Internet


            Demokrasi merupakan kata serapan dari bahasa yunani yang terdiri dari 2 kata, yakni demos dan kratos atau cratein. Demos berarti rakyat, sedangkan kratos atau cratein diartikan sebagai pemerintahan. Sehingga, secara etimologi demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan oleh rakyat atau lebih lengkapnya pemerintahan yang berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, dan ditujukan untuk rakyat. Sedangkan secara istilah, demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan di mana kedaulatan serta kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Semua warga negara memiliki hak yang sama dalam mengambil keputusan politik untuk menentukan nasib mereka dan berpartisipasi langsung maupun melalui perwakilan dalam pemerintahan. Partisipasi tersebut dapat berupa perumusan, pembuatan, dan perancangan hukum, ataupun pemberian suara dalam pemilihan umum. 

Banyak pihak yang berpendapat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling unggul jika dibandingkan dengan sistem pemerintahan lainnya, sehingga mayoritas negara di dunia memilih untuk menggunakan sistem pemerintahan tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Kelebihan sistem demokrasi yang menyebabkan demokrasi lebih unggul dibanding sistem pemerintahan lainnya diantaranya: tumbuhnya rasa memiliki terhadap negara pada diri warga negara akibat partisipasi mereka, demokrasi mencegah adanya monopoli kekuasaan, serta memungkinkan adanya pemindahan kekuasaan melalui pemilihan umum. Namun, di balik itu tentunya demokrasi memiliki beberapa kekurangan di antaranya: masyarakat bisa salah dalam memilih dikarenakan isu-isu politik yang kadang dimunculkan pihak oposisi, serta fokus pemerintah akan berkurang ketika mendekati pemilu periode berikutnya.

Sunday, March 2, 2014

Berkreasi with Kartun Ngampus


Seperti yang diperkirakan sebelumnya, blog yang hampir gak pernah dipromosiin tentu bakalan sepi pengunjung. Dan blog yang sepi pengunjung, yang bikin blog jadi gak semangat buat nulis lalu posting. Padahal cukup banyak sih ide-ide sepele buat dijadikan tulisan, tapi saya terlalu males untuk realisasi dan penyelesaiannya. Terlebih laporan PPL yang seharusnya jadi prioritas saat ini malah terbengkalai, jadi ada rasa bersalah kalo saya semangat bikin tulisan blog, tapi laporan masih jalan di tempat. 

Nah, karena gak ada tulisan yang siap untuk dipost, kali ini saya masukin gambar-gambar sumbangan saya ke Kartun Ngampus Facebook. Emang sih kebanyakan gak lolos seleksi. Mungkin emang kurang lucu ato kurang menghibur. Tapi lumayan menyenangkan juga iseng-iseng masang-masang gambar jadi cerita singkat. Bisa jadi sarana curhat terselubung juga #eh.


Disclaimer: Kartun Ngampus original created by bang Shiro ngampus (kayaknya sih)



Terinspirasi dari pengalaman pribadi kuliah pelabuhan