Halaman Depan

Wednesday, March 5, 2014

Mungkin Menyenangkan jika Kita Jalan Kaki


Secara umum, masyarakat Indonesia cenderung malas untuk berjalan kaki. Dengan berbagai alasan semisal Indonesia yang panas, jalanan yang gak nyaman, lebih cepet naik motor atau mobil, capek kalo harus jalan, gengsi, dan mungkin berbagai alasan yang lainnya. Terlebih lagi dengan harga kendaraan pribadi yang semakin terjangkau. Dengan uang muka kurang lebih 600 ribu rupiah, seseorang sudah bisa membawa pulang motor baru. Mobil murah di bawah 100 juta juga sudah banyak beredar. Tidak heran jika seiring berjalannya waktu, masyarakat Indonesia lebih memilih naik kendaraan pribadi dibanding jalan kaki ato naik transportasi umum.

Kalau begini terus, coba kita ibaratkan infrastuktur transportasi di Indonesia sebagai balon karet dan kendaraan sebagai air yang dimasukkan ke balon tersebut. Air secara terus menerus dimasukkan ke dalam balon, mau tidak mau balon harus menyesuaikan jumlah air yang masuk. Akan tetapi pada titik tertentu, balon akan tidak sanggup lagi menampung air yang ada. Mungkin memang analoginya agak tidak pas, tapi alangkah baiknya jika pertumbuhan kendaraannya tidak terlalu banyak, ato bahkan bukan bertambah tapi justru berkurang.

Dengan banyaknya kendaraan saat ini, coba perhatikan dampaknya. Kemacetan semakin merata. Polusi udara meningkat. Banyak ruas jalan  yang semakin sempit karena banyak dimanfaatkan untuk parkir on street. Kenyamanan pejalan kaki terganggu. Waktu tempuh perjalanan semakin panjang. Keamanan dan kenyamanan berlalu lintas juga menurun. Pendapatan angkutan umum menurun sehingga pelayanannya tidak membaik. Mungkin masih banyak lagi dampak lainnya. Kelihatan repot bukan?


Terlihat penat  (Random Image from google) 


Parkir on street. Bikin ruas jalan makin sempit, macet. Buktinya saya sempet buat motret

Coba bandingkan jika kita berjalan kaki, naik angkutan umum, atau mungkin bersepeda. Bebas polusi (setidaknya terminimalisir lah), mengurangi parkir on street, gak bikin macet, lebih menyehatkan (naik angkutan umum juga butuh jalan ke shelter kan), melatih kedisiplinan (karena jika dengan kecepatan berjalan/bersepeda kita jadi berangkat lebih awal). Barangkali dengan banyak yang berjalan kaki, bersepeda, maupun pakai angkutan umum transportasi lebih rapi dan tertata. Dan juga mungkin fasilitas pendukungnya bakal diperlayak seperti di luar negeri. Terlihat seperti gambar di bawah atau mungkin gambar-gambar lain di google, jalan kaki, bersepeda, pakai angkutan umum itu justru terkesan keren. Seperti bagian dari gaya hidup yang teratur.


wow lebarnya, kalo di sini mungkin dipake PKL (Google lagi)

Entah ini di mana (Hasil googling lagi, gak mungkin motret sendiri) 

Tulisan ini bukan bermaksud untuk melarang Anda pakai kendaraan pribadi. Hanya sedikit menghimbau gunakan  kendaraan pribadi dengan bijak dan seperlunya saja. Saya rasa kita sudah cukup dewasa untuk memahami kata 'seperlunya' tersebut. Jujur, saya sendiri juga masih sering 'melanggar' himbauan yang saya tulis sendiri di atas. Yah itung-itung sebagai introspeksi lah. Yok wujudkan lalu lintas yang lebih manusiawi!

2 comments:

  1. Saya jadi paham kenapa bangsa kita ini dulu dijajah lama banget oleh bangsa asing, mungkin salah satunya karena bangsa kita ini punya sifat malas. Salah satunya ya malas jalan. Gimana ya? Pas cuaca panas, kita malas jalan karena memang panas. Pas cuaca dingin, kita malas jalan karena lebih nyaman bersantai di dalam bangunan. Jadi, saya penasaran kapan sih bangsa kita nggak malas jalan kaki?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus terang, saya juga penasaran. Untuk saat ini, faktor penghambat nya terlalu banyak. Untuk menanamkan kesadaran pada masyarakat Indonesia sendiri agak susah. Kata dosen saya sih, masyarakat Indonesia umumnya lebih cocok diperlakukan dengan metode reward-punishment. Tapi jika metode tersebut diterapkan dalam permasalahan jalan kaki ini, sepertinya sulit.
      Makasih sudah berkunjung

      Delete