Halaman Depan

Thursday, March 13, 2014

Waterplant Community (part 1): One of My Betrayal


Waterplant Community merupakan sebuah wadah mahasiswa yang peduli tentang pentingnya ketersediaan air bersih untuk masyarakat yang katanya sih didirikan tahun 2002. Kalo gak salah inget, Waterplant ini dirintis dari sebuah KKN di Gunungkidul. Secara bertahap dari KKN tersebut, Waterplant membangun instalasi pengangkatan air berbasis masyarakat dengan tenaga solar panel. Biaya yang tidak sedikit untuk pengadaan didapat dari CSR beberapa perusahaan.

Kesan pertama saat saya lihat Waterplant Community, wow keren. Banyak di lapangan, jadi kayaknya bakal nambah banyak pengalaman dan wawasan lapangan kalo ikutan. Terlebih saya cukup tertarik dengan bidang keairan meskipun makul-makul air saya nilainya biasa aja. Saya pun berminat untuk gabung. Oprec dibuka awal semester ganjil 2011. Saat itu, dari 3 divisi yang ditawarkan yakni Research and Development (RnD), Eksternal and Surveyor (EnS), dan Human Resource Management (HRM), divisi yang saya minati yakni Research and Development.




Saya lupa tanggal dan bulan tepatnya, pada hari Sabtu-Ahad saat itu diadakan seleksi calon anggota Waterplant. Pada seleksi hari pertama (Sabtu), seleksi berupa uji diskusi. Calon anggota dibagi dalam 2 kelompok dan disuruh berdiskusi untuk menarik suatu kesimpulan. Ketika itu kami disuruh mendiskusikan tentang prosedur pembangunan instalasi air bersih berbasis masyarakat kalo gak salah inget. Sedangkan di hari kedua, giliran tes wawancara. Sepertites wawancara pada umumnya, berbagai pertanyaan muncul. Pertanyaan yang saya ingat yaitu SWOT yang saya jawab sebisanya dan pertanyaan bagaimana jika saya saya jadi ketua panitia seminar, sementara di saat yang bersamaan dengan seminar tersebut ada kuliah. Nah saya jawab aja pas itu melihat absennya dulu. Dan akhirnya di hari pengumuman, dari 10 orang yang diterima, saya termasuk.

Setelah masuk ke Waterplant Community (saat itu saya nyebutnya WPC, agak aneh memang), saya baru tahu kalo meskipun letaknya di JTSL UGM, anggota nya tidak hanya dari teknik sipil. Ada yang dari jurusan teknik lainnya, fakultas geografi, dan entah darimana lagi saya gak ingat. Bahkan, sebenarnya karena Waterplant Community (kakak tingkat banyak yang nyebutnya WC, malah lebih aneh) lebih banyak srawung ke masyarakat, Waterplant juga memerlukan tambahan anggota dari ranah sosial misal psikologi, ekonomi, atau sejenisnya mungkin.

Dari Waterplant, saya dapat beberapa hal. Kami survey ke lapangan, bertemu dengan para tokoh masyarakat yang concern ke air bersih layak konsumsi yang tergabung dalam Pammaskarta (Paguyuban Air Minum Masyarakat Jogjakarta), sedikit hal tentang MDGs (saya sudah lupa), pentingnya pemberdayaan masyarakat, dan lain-lain hingga hal sepele seperti TOR ataupun pentingnya menyimpan nota pembayaran. Teringat tugas pertama saya yakni bikin design X banner yang akhirnya diselesaikan senior juga.

Namun, entah kenapa berada di Waterplant saya berpikir seperti saya berada di tempat yang kurang tepat. Pernah saya justru memperlama saat akan survey gara-gara gak ada helm. Saya juga yang paling pasif kalo kami sedang berkunjung. Paling males tanya. Sempat putus komunikasi gara-gara ganti nomor hape juga membuat saya tidak mengetahui tugas spesifik saya. Pas acara kunjungan bentrok dengan jam kuliah, saya lebih prioritaskan kuliah nya meskipun masih bisa absen. Berbeda dengan pas wawancara. Payah. Absen dari satu dua kegiatan membuat saya semakin lepas dan semakin jauh dari Waterplant.


Akhirnya dengan ketidaknyamanan tersebut, sekitar 2012 awal (mungkin sekitar april) saya putuskan untuk keluar dari Waterplant. Sempet sih dibujuk balik sama temen-temen Waterplant beberapa kali. Katanya kekurangan orang juga karena bakal ngadain seminar. Tapi yah saya yang memang keras kepala dan terlanjur lepas pun tetep aja nolak. Saya memang sering tidak professional maupun berkomitmen dalam menjalankan tugas. One of my evil side was revealed. Mungkin kasus saya menjadi sebuah pelajaran bagi Waterplant dalam oprec agar lebih selektif dalam milih anggota dan menerima lebih banyak orang antisipasi kalo ntar ada yang lepas kayak saya (kayaknya sih nggak ada). Sebenarnya kalo diinget-inget lagi, saya jadi gak enak sama mereka dan jadi jengkel sama diri saya sendiri. Terkadang kesempatan diberikan kepada orang yang kurang tepat, misalnya saya. Padahal mungkin saja banyak yang ikut oprec lebih punya niat dibanding saya tapi tidak diterima. Tolong jangan ditiru ya!


Pintu tersebut makin terasa ngeri setelah saya keluar

No comments:

Post a Comment