Halaman Depan

Wednesday, March 26, 2014

Mungkin Menyenangkan jika Saya Bisa Memasak, atau Mungkin...


Mungkin beberapa orang berpikir, pekerjaan di dapur itu pekerjaan yang identik dengan wanita. Jika kita lihat dari realita yang ada saat ini, memang hal tersebut tidak relevan. Di rumah makan atau warung burjo lah sederhana nya, kita justru lebih sering melihat para lelaki yang berada di hadapan kompor dan asyik dengan penggorengan. Di acara memasak dan chef hotel berbintang, para lelaki juga cukup banyak mendominasi.

Lantas, bagaimana dengan para wanita? Entahlah. Pasti masih banyak yang bisa masak meski hanya menu tertentu, ada yang expert, dan mungkin ada juga yang sama sekali gak bisa masak. Tapi yang jelas, wanita yang pandai masak punya poin plus sih. Bukankah menyenangkan jika masakannya menjadi masakan favorit untuk anak dan suami? Menambah hawa keluarga yang harmonis, sakinah mawaddah warahmah. Terlalu lama melebar, saya akan mulai menceritakan pengalaman saya dengan dapur selama ini. 

...
Saya orang yang mudah tertarik terhadap sesuatu, salah satunya memasak. Memasak itu menarik. Bereksperimen, mencoba meracik menggabungkan berbagai material dengan kadar dan metode tertentu, dan Bufff!! Ada kemungkinan berhasil dan gagal tergantung tangan yang mengerjakan. Kalo berhasil, senyum lebar dan Alhamdulillah. Kalo gagal.. Speechless.

Kelas XII SMA, biologi entah bab apa nyambung ke fermentasi. Saat itu tugas bikin tape (individu), sukses. Dan tugas lainnya bikin donat (berkelompok). Dianjurkan untuk dikreasikan dengan bahan lain, misal waloh, ketela, kentang, atau semacamnya. Nah, untuk sesi coba-coba di rumah, saya coba pakai jagung manis. Jagung saya dihaluskan untuk mengganti sebagian tepung, dibikin adonan, dan hasilnya.. GAGAL. Dalam kasus ini saya kesulitan dalam menakar bahan secara akurat, dan juga nguleni adonan itu susah. Saya coba 2 kali kayaknya dan gagal semua. Akhirnya, saat bikin donat kelompok di rumah temen, kita gak pakai bahan tambah apapun. Hanya seperti donat biasa, dan parahnya agak bantat. Dikumpulkan ke guru dengan apa adanya. Search aja di google 'donat gagal', hasilnya mirip-mirip kayak gitu lah.



Bukan seperti ini 


Pernah juga iseng pengen bikin bakpao. Kayaknya sih pengembangnya kurang sehingga saat sudah jadi, lumayan mantep buat nimpukin maling. Keras bagai nokia 3310. Bikin cake, gosong sehingga bagian luarnya harus dikupas. Bikin pancake dengan resep search internet, gagal juga. Memang saya gak beruntung dalam hal bikin-bikin roti kue kayak gini. Pernah sih agak sukses sekali. Roti goreng isi dengan lapisan tepung panir di bagian terluar. Sayang proporsi isi dengan rotinya gak imbang.



hanya ilustrasi 


Selain roti-rotian, saya juga kadang main-main di ranah makanan berat, misal nasi goreng. Meskipun sebenarnya saya bukan penggemar nasi goreng, tapi berhubung masakan yang satu ini bahan-bahannya mudah dijangkau, murah, dan cukup mudah pengerjaannya, kenapa tidak. Namun, dengan kemudahan yang ada ternyata gak menjamin keberhasilannya. Gak selalu nasi goreng yang saya bikin sukses. Kadang kepedesan, kadang terlalu berminyak, kadang kemanisan. Hidup memang gak selalu lancar.



Spamming nasgor dari google biar pada laper, ada kacang polongnya 

Salah satu bahan favorit saya dalam masak-memasak adalah jamur tiram. Selain harganya yang gak terlalu mahal, teksturnya yang kenyal dan (menurut saya) mendekati bahan-bahan hewani, juga fungsional. Bisa dijadikan berbagai olahan. Menarik. Kalo saya sih ngolahnya digoreng, dimasukin ke nasgor, ato apa ya namanya? kuah asam manis mungkin. Kemarin waktu balik ke Solo, saya iseng-iseng bikin okonomiyaki abal-abal. Dengan bahan yang antara lain tepung, kubis, telur, kornet, garam, merica, penyedap rasa, dll tentunya dengan jamur juga serta berbekal ngliat orang bikin okonomiyaki. Awal-awal ngolah bahan kepikiran, 'ini apa bedanya ama bakwan?' Proses memasak tetap dilanjutkan dan.. 


pengennya sih jadi kayak gini
 

Malah kayak gini (gagal), setidaknya bisa dimakan 

Memasak memang menyenangkan. Namun, menurut saya ada bagian yang paling berat. Bukan prosesnya, bukan pula saat menghabiskan uang membeli bahan. Tapi saat harus 'menghadapi' hasilnya. Kalo gak enak, dilematis. Mau dibuang mubadzir, kalo dimakan juga kadang sungkan kalo hasilnya terlalu parah/banyak. Meskipun menyenangkan, kalo gak ahli ya beginilah risiko nya. Mungkin menyenangkan jika saya bisa memasak (dalam artian hasil nya layak dimakan) sehingga saya gak perlu takut gak mampu menghabiskan hasilnya. Atau mungkin saya memang ditakdirkan untuk tidak pandai memasak karena...(belum selesai tapi gak dilanjutin)


Post tentang masak, harus ditutup dengan makanan donk 
Thnx to: Google Images

No comments:

Post a Comment